Rabu, 02 November 2016

Cinta bukan lagi tentang rasa, tapi tentang siapa yang duluan datang menemui orang tuanya..

Bicara soal cita memang sensitif, seseoarang bisa saja berubah drastis begitu dia merasakan sesuatu yang sering disebut CINTA, entah itu benar-benar cinta atau sekedar rasa kagum terhadap seseorang.

Seseorang yang tadinya kasar bisa berubah mendadak jadi lembut dan penuh kasih sayang begitu dia terpapar virus cinta. Seorang yang tadinya kuat dan tegar dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang menerpanya bisa berubah mejadi cengeng bahkan lemah tak berdaya ketika dihadapkan dengan persoalan tentang Cinta. (Bahkan sekuat apapun seorang lelaki pasti akan meneteskan air mata apabila matanya dicolok pakai lidi he he) dan sebaliknya terkadang seorang yang lemah mendadak bangkit seperti ada suntikan kesegaran yang luar biasa dari dalam diriya, mungkin itu pula yang disebut sebagai energi Cinta, ahh entahlah.. kamu yang pernah merasakanya mungkin sedang senyum-senyum ketika membaca ini, ciyeee . . . he he..

Benarkah Cinta bukan lagi tentang rasa ? bukankah cinta itu adalah sebuah rasa ? demikianlah cinta, sejak dulu higga sekarang belum ada definisi yang disepakati tentang apa itu cita, tapi saya setuju bahwa cinta adalah sebuah sensasi rasa, meski mungkin belum ada penelitian ilmiah yang mengatakan demikian. Dan belum ada yang bisa memastikan apakah cinta itu memiliki rasa manis, asam, asin, atau pahit, de el el.. karena setiap orang merasakan cinta dengan kisahnya masing-masing.

Ya, cinta adalah tetang rasa, sebuah rasa yang sangat sulit digambarkan dengan kata-kata (hampir semua orang yang sedang jatuh cinta mengatakan demikian) mungkin rasa itu adalah rasa ingin memiliki, meski kadang adapula insan cinta yang mengatakan bahwa “cinta tak harus memiliki” (kata Mario teguh: ini adalah ungkapan seseorang yang putus asa tidak bisa memiliki cintanya he he).

Apakah rasa itu abadi ? kadang cinta menjanjikan keindahan dan kebahagiaan, tapi cinta tak sekedar janji, cinta adalah realita, cinta butuh bukti. Seseorang yang hanya mengatakan sayang tentu saja akan kalah dengan yang berani datang melamar, demikianlah kehidupan, hidup tak sekedar angan-angan, karena hidup dan cinta butuh kepastian. Jadi jangan salahkan cintamu apabila dia memilih jalan yang pasti daripada harus terus menunggumu tanpa kepastian dan terus menelan janji manismu, yang entah kapan janjimu itu akan kau wujudkan. Jangan salahkan seseorang yang kau ingin hidup bersamanya apabila selama ini kau hanya mencintainya dalam diam dan tanpa kepastian. Jangan salahkan dia jika dirimu belum mampu meminangnya sementara disana ada seorang pangeran yang telah siap mengucap janji suci dihadapan penghulu. Seberapapun besarnya cintamu, jika kau hanya diam dan berharap waktu akan membawa kabar baik kepadamau tentu akan kalah dengan yang berani datang menghadap kepada orang tuanya.. ah lebay, he he..

Singkat kata: tak selamanya cinta itu harus memiliki,

Kalimat “tak selamanya cinta harus memiliki” bukan hanya sekedar ungkapan kesedihan mndalam dari hati yang terluka, bukan juga bentuk luapan kekecewaan penuh rasa dendam dan amarah dari hati yang tersakiti. Tapi dia adalah diantara buah dari pohon keimanan yang tertancap kuat didalam hati, iman yang telah lama tumbuh subur itu melahirkan keyakinan yang kokoh bahwa segala sesuatu yang terjadi di permukaan bumi ini ada yang mengaturnya, termasuk pada urusan Rezky, Ajal dan Jodoh. Jodoh tidak mungkin salah alamat, apalagi tertukar. Hanya saja mungkin agak susah bertemu jika rumahmu berada di sudut-sudut kota yang harus melewati lorong-lorong yang sempit untuk sekedar bisa melihatmu. He he (kalimat yg ini bercanda)

Dan demikianlah seorang muslim ketika memandang sebuah kejadian, tidak hanya mengedepankan perasaan semata. Karena jika demikian hati ini bisa hancur berkeping-keping tak tersisa akibat rasa sakit dan luapan amarah yang tak tertahankan dampaknya mungkin bisa melebihi kekuatan daya ledak bom nuklir yang dimiliki Rusia atau Amerika. eh lebay lagi. Setiap kejadian harus dilihat dari perspektif keimanan, sehingga akan melahirkan keyakinan bahwa setiap kejadian ada “sutradara” yang mengaturnya, dan setiap pilihan Allah bagi kita itulah yang terbaik.

Jadi jangan salahkan dirimu, juga jangan salahkan dirinya. Bersikaplah seperti layaknya seorang lelaki. Dan bersyukurlah, hati ini ALLAH ta’ala yang mencitptakan, karena jika produk c*na mungkin sudah lama rusak berkeping-keping. He he..

Terimakasih sudah membaca, semoga menginspirasi..

Akhukum Fillah Ibnu Bukhory

Gambar by : http://www.qureta.com/sites/default/files/20surat-cinta.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar